Wednesday, December 17, 2008

Model Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia

Model Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

Salah satunya dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan nasional. Linda Amiyanti SKp dari RSCM memaparkan penerapan MPKP dalam seminar nasional yang diselenggarakan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) pekan lalu.

"MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut," jelas Linda.

Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.

Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan. Dalam hal ini, RSCM bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Modifikasi

Mengingat keterbatasan jumlah dan pendidikan sumber daya perawat di Indonesia- mayoritas tenaga keperawatan masih lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)-praktik keperawatan profesional tidak bisa seperti yang dilakukan di negara maju. Yang dilakukan adalah modifikasi keperawatan primer.

Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan, perawat asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.

Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien. Tugas PP dibantu PA.

Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke dan dari klien dilakukan oleh pembantu keperawatan.

Asuhan keperawatan dilakukan berdasar standar rencana keperawatan yang ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan.

Yang sudah dikembangkan

Standar rencana keperawatan yang sudah dikembangkan adalah untuk gangguan sistem pernapasan (tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif kronik), gangguan sistem pencernaan (sirosis hati), gangguan sistem kardiovaskuler (gagal jantung, hipertensi), gangguan sistem perkemihan (gagal ginjal, glomerulonefritis) dan gangguan sistem imun (AIDS).

Di ruang rawat penyakit dalam (IRNA B Lantai IV), tutur Linda, dari hasil perhitungan diperlukan 24 perawat. Rinciannya tiga PP di samping kepala ruang rawat yang semuanya S1 keperawatan. Sisanya PA dengan pendidikan D3 keperawatan (tiga orang), dan SPK (17 orang).

Pelayanan keperawatan profesional mewujudkan dampak positif yang memungkinkan pemberian asuhan keperawatan klien secara berkesinambungan dan dapat dipertanggunggugatkan oleh perawat primer.

Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih terencana. Dokter merasa ada kerja sama yang lebih baik dibanding ruang lain yang tidak menerapkan MPKP. Kepuasan klien dan keluarga lebih baik. Angka infeksi nosokomial (infeksi yang ditularkan di rumah sakit) menurun. Juga dimulai kegiatan riset keperawatan di tingkat ruang rawat.
Sumber: Kompas

Wednesday, February 13, 2008

Maternity Nurses

A professional Maternity Nurse should possess the following:
Suitable experience/qualifications for her role - these are that she has some experience as a Nanny, at least 3 years (although most have around 5-9 years when they start), or some alternative experience such as being a midwife or paediatric Nurse with some additional experience working within family homes. There are always exceptions to the above and many mature women have other very useful professional experience, which is transferable to a Maternity Nurse setting.
Be suitably mature enough - to advise post-natal women on care of themselves and their newborn. This is a vitally important part of a Maternity Nurse's role and as such many Nannies are not considered mature enough until they are at least 25 or possibly even 30. (Again there are exceptions here, as we have trained a handful of younger Nannies aged 23-24 who are very mature with the right background experience who have become highly sought after Maternity Nurses).
Excellent communication skills - a professional Maternity Nurse needs to excel in this field. She needs to be a careful listener, who can take action before problems arise and ensure mum is well cared for without mum having to ask, as well as being a shoulder when either parent needs to talk. She also needs to have a warm, encouraging personality as many new parents feel vulnerable and lack confidence in their new roles.
Take responsibility for herself - she needs to be able to assert herself when discussing contracts and pay and not let herself be drawn into taking on more responsibility than she should. Finally an astute Maternity Nurse knows when it is time to leave parents alone and also when to sensitively make suggestions to parents on care of their baby without making parents feel uncomfortable in any way.
Behave professionally at all times - this includes many aspects of a Maternity Nurse's role such as: being discreet, respecting confidentiality, keeping a daily diary of baby’s feeding, sleeping etc throughout the day, always preparing contracts for every job, keeping to her word when agreeing to do a job, turning up on time for interviews, dressing appropriately on the job, keeping up to date with current best practice in post natal and newborn care.

Nursing Interventions

Definition

A nursing intervention is defined as a single nursing action - treatment, procedure or activity - designed to achieve an outcome to a diagnosis, nursing or medical, for which the nurse is accountable (Saba, 2007).
Patient services are usually initiated as medical orders by a referring physician and reviewed by the admitting nurse. As part of the admission assessment the primary nurse also determines the nursing orders based on the signs and symptoms, diagnoses, and expected outcomes/goals; and together, form the plan of care that requires the nursing interventions (Campbell, 1990; Saba, 2007).

Description

The CCC of Nursing Interventions was derived from the 73,529 nursing interventions and/or services narrative statements collected for the entire episode of care. Many of the statements were not always mutually exclusive and others were determined to represent a more precise description of a given intervention. Based on statistical analyses and clinical judgement the classification was designed and developed with major categories for the interventions that encompassed multiple tasks and sub-categories for the specific atomic-level tasks. Additionally, the nursing service statements were found to contain two aspects: (a) the nursing service, treatment, and/or intervention and (b) an action that qualified the action type of intervention. Both aspects were considered essential for providing patient care and used to create the terminology.

Action Type

The CCC of Nursing Interventions were expanded by four Action Type qualifiers that depicted four different action type of the core intervention. By using a qualifier a nursing intervention is more precise and provides another facet of the care process that can be expressed in time and used to determine resources and cost. The qualifiers add another dimension to the coding process making it easier to code, classify, and analyze each intervention.

Managing Diabetes in Residential and Nursing Homes

The prevalence of diabetes in the elderly is around 10% and it imposes an enormous burden on healthcare systems. In America in 1992 nursing home care for people with diabetes cost $1.83 billion.Elderly diabetics have
much microvascular and macrovascular disease and are two to three times more likely to need hospital admission than their non-diabetic counterparts.One might expect a higher prevalence of diabetes and its complications in residential or nursing homes. Several American studies have found diabetes in 20% of nursing home residents,and in one almost 90% of diabetic residents had coronary artery disease, strokes, or peripheral vascular disease—with 6.4 major diagnoses compared with only 2.4 in non-diabetic residents.In Alabama (and probably England) nursing home patients generate a disproportionately large number of out of hours calls.
In a recent issue of the BMJ Benbow and coworkers surveyed 44 residential and nursing homes in Liverpool comparing 109 diabetic residents with 107 age and sex matched controls. Almost 10% of residents had diabetes, and, although not as sick as their American counterparts, they were more likely to be admitted to hospital and needed more visits from their general practitioner. Three quarters had regular chiropody and eye examinations, but 64% had no evidence of formal diabetic care. A similar problem has been documented in most American studies. For example, in 17 nursing homes in Michigan diabetes care did not meet local or national standards. Protocols—for example, for treating hypoglycaemia—were often not available and, while all homes had blood glucose meters, none had protocols for adjusting insulin doses or calling the doctor. Had Benbow et al in their British study asked to see the care plans of individual patients or the diabetes protocols they would probably have found neither.
Thus one of the most difficult groups of diabetic patients (in terms of both morbidity and complexity of management) seems to be receiving little organised care. What can be done? In an ideal world when elderly patients are transferred from hospital to a home members of the diabetic team should agree a problem list and management plan that is then communicated to the home. Current practice is often unsatisfactory, in that hospital discharge summaries usually concentrate on the illness that led to admission and rarely include plans for the future. Also they often go (late) to the wrong person, to the patient's previous general practitioner rather than the home or the new general practitioner. Among other things, such plans should specify the aims of treatment, which will usually include a safe level of diabetic control that minimises the risk of hypoglycaemia.
Staff in homes are often isolated and feel bewildered by the complex problems of elderly diabetics, and establishing channels of communication with local diabetes services may help. Benbow et al suggest that districts might appoint a specialist nurse responsible for elderly diabetics whose duties would include education and continuing support of carers. Another possibility is to identify a link nurse in each home who could attend regular meetings with local diabetes nurse specialists. Nursing home staff should be able to contact the diabetes team for advice.
Protocols covering aspects of diabetic management may help. In the early 1980s Colorado devised an educational programme with 125 written policies and procedures. For two years workshops and follow up consultations were organised for home staff and, at the end of this arduous programme, an improved level of care was documented by a 56% increase in the number of criteria met, although acute admissions did not fall. One problem is a lack of general agreement about those aspects of diabetes care that are most important for the staff of homes to know. Symptoms of hypoglycaemia and hyperglycaemia, diet, and foot care might be a good start. Unfortunately, protocols are often self defeating because they are too complicated, lack flexibility, and get submerged in a pile of other protocols.
Benbow et al found that monitoring of diabetic control was inadequate and often inappropriate, raising the question of how and how often it should be done. For those on diet or tablets a daily urine test or a weekly fasting blood glucose test and weight measurement might be reasonable. For insulin dependent diabetes, however, monitoring should be tailored to the insulin regimen, and here it is important to distinguish between residential and nursing homes. Staff in residential homes do not undertake invasive procedures, and a district nurse may have to give insulin and monitor diabetic control. Metabolic control is best where one motivated knowledgeable person is in charge. Problems such as "brittle diabetes" are likely if the carers do not have the experience or authority to change insulin doses. The problem of caring for diabetics in homes is an important one, for which diabetes services need to take more responsibility.
Robert Tattersall, Professor of clinical diabetes, Simon Page, Consultant physician

Sunday, January 27, 2008

Nurse

What is this job like?

Nurses, also called registered nurses or RNs, take care of sick and injured people. They give people medicine. They treat wounds. And they give emotional support to patients and their families.
Nurses ask patients about their symptoms and keep detailed records. They watch for signs that people are sick. Then, nurses help doctors examine and treat patients.
Some nurses help to give tests to find out why people are sick. Some also do lab work to get test results.
Nurses also teach people how to take care of themselves and their families. Some nurses teach people about diet and exercise and how to follow doctors' instructions. Some nurses run clinics and immunization centers.
Nurses can focus on treating one type of patient, such as babies or children. They can also focus on one type of problem. Some focus on helping doctors during surgery, for example. Others work in emergency rooms or intensive care units.
Many nurses work in doctors' offices. They help with medical tests, give medicines, and dress wounds. Some also do lab and office work.
Home health nurses go to people's homes to help them. Flight nurses fly in helicopters to get to sick people in emergencies.
Some nurses have special training and can do more advanced work. Nurse practitioners can prescribe medicine. Nurse midwives can help women give birth.
Helping sick people and dealing with medical emergencies can be stressful. Nurses in hospitals often have to help many patients at once.
Many nurses spend a lot of time walking and standing. Nurses also need to be careful in order to stay safe. Nurses care for people who have diseases that they can catch too. And nurses can get hurt while helping to move patients. Nurses also need to guard against radiation from x-rays and chemicals in medicine.
Because patients need 24-hour care, hospital nurses often work nights, weekends, and holidays. Office nurses are more likely to work regular hours. Many nurses work part time.

How do you get ready?

Nurses must graduate from a nursing program. It takes about 2 years of college to finish an associate degree in nursing. It takes about 4 years to finish a bachelor's degree in nursing. And a nursing diploma program usually takes about 3 years.
Deciding what kind of training to get is important. Some career paths are open only to nurses who have a bachelor's degree.
Nursing education includes taking classes and hands-on learning with experienced nurses in hospitals and other places. This is called clinical training.
Nurses study anatomy, chemistry, nutrition, psychology, and nursing theory.
After graduating, nurses need to pass a test to get a nursing license. They have to take classes every few years to keep their skills current.
Nurses need to be caring and kind. They also need to be good at recognizing problems and remembering details.
Nurses need to work well with doctors and patients. Many nurses also supervise assistants and other workers.
Nurses can become head nurses or directors of nursing. Some nurses move into the business side of health care. Some get jobs in big health care firms planning, marketing, and making sure people get good care.
To get ready for this job, students can take biology and other science classes. They also can become good at reading and writing. Math skills are also important for adding doses of medicine and taking measurements.

How much does this job pay?

The middle half of all registered nurses earned between $43,370 and $63,360 in 2004. The lowest-paid 10 percent earned less than $37,300. The highest-paid 10 percent made more than $74,760.

How many jobs are there?

Registered nurses are in the largest health care occupation. They held about 2.4 million jobs in 2004. About 3 out of 5 worked in hospitals.

What about the future?

Very good job opportunities are expected for registered nurses. BLS expects jobs for registered nurses to grow much faster than the average for all occupations through 2014. Many new jobs will be available for people who want to be nurses.
New ways of helping people will let nurses treat more problems. And the number of older people, who need more health care, will grow very rapidly. They will need nurses to treat them when they get sick.
Hospitals will need nurses, but many new nurses will also work in home health, clinics, doctors' offices, and nursing homes.

Are there other jobs like this?

  • Emergency medical technicians and paramedics
  • Licensed practical and licensed vocational nurses
  • Occupational therapists
  • Physical therapists
  • Physician assistants
  • Respiratory therapists

Where can you find more information?

More information about registered nurses can be found in the Occupational Outlook Handbook. The Handbook also shows where to find out even more about this job.

Thursday, January 17, 2008

Keperawatan Merupakan Karir Internasional

Globalisasi berdampak pada profil pelayanan kesehatan. Perkembangan teknologi yang pesat, penggunaan sistem informasi yang komprehensif dan mobilisasi antar bangsa yang
cepat, meniadakan hambatan geografis dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia.
Di dalam komunitas atau disuatu lembaga kesehatan, peran utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mulai dari kasus yang sederhana sampai yang kompleks. Mereka menggunakan perlatan elektronik yang canggih, mengelola pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien dan mengaplikasikan keahlian manajerial di institusi tempat mereka bekerja dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarganya.
Perawat bekerja di dalam berbagai macam pelayanan kesehatan, mulai dari rumah sakit, klinik, pelayanan kesehatan masyarakat, lembaga industri, lembaga pendidikan dan penelitian baik sektor dalam negeri maupun luar negeri. Tertarik untuk jadi perawat ? dapatkan informasinya disini www.findnursing.info

Peluang Kerja Perawat Indonesia ke Jepang

oleh : Dwi Nurviyandari Kusuma Wati
Indonesia dan Latar Belakangnya Saat ini Indonesia tengah mengalami surplus tenaga keperawatan. Sejak tahun 90-an pendidikan keperawatan di Indonesia telah selangkah lebih baik daripada periode sebelumnya. Ini ditunjukkan dengan data yang saat ini komposisi perawat terbanyak adalah SPK (60%), diikuti oleh diploma (39%) dan sarjana keperawatan (1%). Sebagai perawat umum mereka memiliki izin untuk bekerja di rumah sakit atau berbagai pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Krisis ekonomi melanda Indonesia sejak tahun 1998 masih terus berlanjut sampai saat ini, bahkan telah meluas ke semua sektor kehidupan yang akhirnya menimbulkan multikrisis yang sangat sulit untuk ditanggulangi. Tenaga kerja yang tidak tersalurkan meluas pada semua level pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pengangguran dari level pendidikan tinggi. Saat ini rasio perbandingan jumlah perawat dan penduduk di Indonesia adalah 1:44, sebuah angka yang rendah jika kita bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Filipina. Meski jumlah tersebut rendah, namun sepertinya tidak memungkinkan lagi bagi pihak penyedia kerja (RS, klinik dan sebagainya) untuk menerima tambahan perawat baru karena beban keuangan yang harus mereka keluarkan pada perawat nantinya.
Sebenarnya, perawat Indonesia sudah mulai bekerja di luar negeri sejak tahun 80-an di berbagai negara Timur Tengah seperti Kuwait, Uni Emirat Arab juga Taiwan dan Belanda. Kebanyakan, mereka bekerja di rumah sakit atau pelayanan kesehatan untuk Lansia. Sebagian besar perawat yang bekerja di luar negeri itu adalah perawat dengan standar pendidikan diploma, selain itu mereka juga lulus dalam berbagai test baik test keperawatan maupun bahasa.
Saat ini Indonesia mulai mencoba untuk merambah pasar di negara-negara maju seperti Amerika, Australia dan Jepang. Perjanjian kerjasama mungkin saja sudah dijalin oleh kedua pihak, tapi pengiriman tenaga kerja perawat bukanlah hal mudah seperti mengirimkan komoditi ekspor lain. Hal ini perlu persiapan yang matang, kepastian hukum untuk melindungi para pekerja dari eksploitasi, gaji yang rendah dan pelanggaran hak azasi dari penyedia kerja di luar negri.
Jepang dan Kebutuhan Tenaga Kerja
Kekurangan tenaga kerja di Jepang membuat pemerintahnya kini berusaha mengatasi dengan sedikit membuka pintu bagi tenaga kerja asing di Jepang. Walaupun pada faktanya satu dari tiga orang jepang menolak adanya pertambahan jumlah orang asing di negaranya, tapi isu pengeluaran izin bagi pekerja asing untuk masuk ke Jepang dirasa sangat penting oleh persatuan pengusaha di Jepang (Nippon Keidanren).
Peningkatan usia harapan hidup yang dibarengi dengan penurunan jumlah angka kelahiran, memunculkan masalah kekurangan tenaga kerja di Jepang. Walaupun perusahaan-perusahaan industri berusaha keras mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia dan menggantinya dengan robot, namun pada sektor pelayanan kesehatan hal ini tidak dapat dilakukan. Kekurangan tenaga kesehatan di Jepang bisa jadi membuat sistem pelayanan kesehatan negara ini menjadi lumpuh.
Pada awalnya Jepang hanya membuka peluang bagi pekerja asing dengan kemampuan khusus untuk dapat tinggal dan bekerja disini. Pada akhir 80-an dimana Jepang mengalami kemajuan dalam berbagai bidang dan kebutuhan akan tenaga kerja meningkat sangat pesat maka penggunaan tenaga kerja asing dirasa sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi penurunan jumlah tenaga kerja yang dialami.
Data yang di dapat dari organisasi persatuan pelatihan internasional di Jepang pada tahun 2004 yaitu sebesar 79.2% pekerja asing Jepang saat ini berasal dari Cina, disusul berikutnya dari Indonesia (8,8%) dan sisanya berturut-turut adalah Vietnam, Filipina dan Thailand. Sebagian besar tenaga ini bekerja pada industri tekstil dan pembuatan baju, pembuatan mesin dan logam, pertanian, perikanan dan konstruksi bangunan. Belum ditemukan data tentang tenaga kerja asing terutama Indonesia yang bekerja pada pelayanan kesehatan di Jepang.
Peraturan Bekerja di Jepang
Perjanjian kerjasama Economic Partnership Agreement (EPA) antara Indonesia dan Jepang yang di tandatangani oleh Presiden Republik Indonesia (Dr Susilo Bambang Yudhoyono - SBY) dan perdana menteri Jepang ( Junichiro Koizumi) pada November 2004 lalu, yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Presiden SBY ke Jepang pada Desember 2006, membuahkan permintaan secara resmi tenaga perawat Indonesia untuk bekerja di Jepang sejumlah lima puluh ribu orang dengan kualifikasi pendidikan diploma (D3 Keperawatan). Persyaratan yang lain akan segera ditetapkan oleh menteri kesehatan, tenaga kerja dan kesejahteraan Jepang.
Sebelumnya Jepang telah berpengalaman menerima tenaga kerja perawat dari Filipina (2004) dan Thailand (2005). Pada saat itu pemerintah Jepang telah membuat sebuah peraturan yang memperbolehkan tenaga perawat asing bekerja di Jepang. Mereka haruslah memiliki izin profesi dari negara mereka sendiri, selain itu juga memiliki izin profesi perawat untuk bekerja di Jepang, izin tersebut dapat diberikan bila telah menyelesaikan masa pelatihan (3 tahun untuk perawat dan 4 tahun untuk pembantu perawat). Kemampuan bahasa Jepang tentunya juga menjadi sebuah persyaratan berat yang harus dipenuhi oleh perawat asing yang akan bekerja di Jepang.
Di Jepang peraturan tentang imigrasi dan pengungsian telah mengalami revisi pada tahun 1990, perubahan penting yang terjadi adalah pada pengelompokkan status pekerja asing yang tujuannya adalah untuk membedakan dengan jelas orang asing yang dibolehkan bekerja dan yang tidak dibolehkan bekerja di Jepang. Adanya peraturan ini juga meminimalisasi adanya pekerja asing ilegal yang masuk ke Jepang. Dokumen yang legal sangat dibutuhkan untuk menghindari kerugian akibat pekerja ilegal pada pihak penyedia kerja, pekerja legal dan secara umum juga pemerintah Jepang.
Beberapa hal penting lain yang perlu untuk di pertimbangkan oleh para pemegang kebijakan dan tanggung jawab atas pengiriman tenaga kerja perawat ke Jepang ini adalah tentang terbukanya system penggajian, diskripsi/rincian kerja, struktur karir, jam kerja, asuransi kesehatan, dan kebutuhan khusus perawat muslim (waktu sholat dan makanan halal). Setiap tenaga kerja asing yang telah memenuhi standar kualifikasi yang ditentukan sebaiknya berhak menerima gaji sama dengan pekerja Jepang lainnya tanpa ada perbedaan, begitu pula dengan peningkatan karir kerja. Kerja lembur diperhitungkan sebagaimana peraturan yang biasanya telah ada di setiap perusahaan tanpa membedakan pekerja asing atau bukan.
Rincian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan perawat, persiapan ini dapat dilakukan sebelum perawat dikirim ke Jepang. Ketidaksesuaian antara izin kerja dan kerja yang dilakukan oleh perawat asing merupakan sebuah penyalahgunaan izin kerja yang tidak diperkenankan. Beberapa pekerja asing menyalahgunakan izin kerja yang dimilikinya karena ketidakjelasan rincian kerja sebelum ia datang ke negara tersebut, ketidakjelasan rincian kerja tersebut berakibat pada rendahnya performance pekerja asing dan juga penurunan roduktivitas perusahaan (RS). Salah satu hal penting yang harus diperhatikan juga adalah tersedianya asuransi kesehatan dan pensiun bagi tiap pekerja asing yang akan bekerja dan tinggal secara permanen di Jepang.
Kebutuhan khusus perawat muslim Indonesia perlu untuk dipertimbangkan sejak awal, 80% perawat Indonesia adalah Muslim. Agama adalah hak azasi tiap manusia yang harus di hargai. Waktu sholat, makanan halal dan seragam khusus untuk para muslimah adalah sebuah isu yang menarik untuk dibahas oleh pembuat keputusan di dua negara. Fleksibilitas peraturan adalah kunci penting dalam hal ini, perlu dibuat sebuah kesepakatan antara semua pihak sehingga tidak ada yang dirugikan.
Masalah Sosial
Orang asing di Jepang ternyata memiliki kesan yang kurang baik di mata orang jepang. Dari hasil survei diketahui bahwa sepertiga penduduk Jepang menolak pekerja asing yang bekerja di Jepang. Peningkatan jumlah pekerja asing sempat membuat mereka khawatir.
Ada pendapat dari kelompok di Jepang, bila Jepang menerima tenaga kerja asing, maka kesempatan untuk orang Jepang sendiri akan menjadi sempit, para pemuda hanya akan bekerja pada "3K" - kitsui (pekerja kasar), kitanai (pekerja kotor/ rendah) dan kiken (pekerjaan bahaya). Orang Jepang juga takut adanya isu terorisme dan kejahatan yang dilakukan warga asing seperti yang diberitakan di media massa Jepang.
Rendahnya penerimaan masyarakat Jepang terhadap orang asing merupakan tantangan bagi para pekerja asing untuk menunjukkan sikap yang baik. Kemampuan beradaptasi dan performansi kerja yang baik di tempat kerja diharapkan dapat menghilangkan persepsi buruk terhadap para pekerja asing. Profesionalisme dan kemampuan bahasa yang cukup menjadi kunci sukses dalam masalah ini.
Hal mendasar yang perlu digaris bawahi pula adalah bahwa masih ada masyarakat Jepang yang menerima warga asing dan berpikiran sangat terbuka. Mereka mau hidup bersama dalam masyarakat dan mengadakan pembauran kebudayaan. Jenis masyarakat ini adalah bagian terbesar dari masyarakat Jepang.
Kesimpulan
Migrasi perawat Indonesia ke Jepang bukanlah hal yang mudah. Kepastian peraturan dari kedua negara harus dipersiapkan dengan baik sebelum program mulai dijalankan. Pekerja asing seringkali berada pada posisi yang lemah, para pemegang keputusan bertanggung jawab memberikan perlindungan kepada mereka.
Performansi yang baik harus ditunjukkan oleh setiap perawat yang bekerja di luar negeri, persiapan yang cukup sebelumnya sangat dibutuhkan agar dapat memenuhi kualifikasi sebagai pekerja asing di negara yang dituju. Kemampuan sebagai perawat saja tidak cukup, agar dapat bekerja dengan baik maka perawat Indonesia yang akan bekerja ke Jepang hendaknya memiliki kemampuan bahasa Jepang yang memadai.

Sunday, January 13, 2008

RANCANGAN JENJANG KARIR PERAWAT DI INDONESIA

Di Amerika Serikat, Swansburg (1996) menyatakan bahwa jenjang karir dasar dapat ditambah atau dihilangkan oleh pimpinan organisasi, tergantung kepada kebutuhan dan kepentingan pekerjaan. Umumnya yang terdiri dari lima tingkat yaitu:
A. Clinical Practitioner Beginner (CPB) or staff nurse I
B. Clinical Advanced Practitioner (CAP) or staff nurse II
C. Clinical Practitioner Competent (CPC) or staff nurse III
D. Clinical Proficient (CP) or staff nurse IV
E. Clinical Expert (CE) or staff nurse V
Sehubungan dengan konsep Swansburg (1996) yang digunakan sebagai salah satu refrensi dalam makalah ini, tim penulis menyarankan bahwa posisi klinis sebaiknya dikembangkan kedalam ‘Model Jenjang Karir Dasar’ dengan beberapa modifikasi berdasarkan kondisi di Indonesia, terutama di tingkat kebupaten. Kebijakan tentang Desentralisasi sangat penting untuk dipertimbangkan, sebab kabupaten lebih bertanggung jawab untuk mengembangkannya termasuk meningkatkan kapasitasnya dan kualitas pelayanan kesehatan serta mengelola sumber daya manusia, khususnya tenaga Perawat dan Bidan.
Dewasa ini, diantisipasi adanya upaya Departemen Kesehatan dalam pengembangan jenjang karir untuk posisi/jabatan klinis bagi Perawat dan Bidan dimasa depan, disarankan di bawah ini ‘Model Jenjang Karir Klinis’ yang dapat mengadaptasi kondisi lapangan sekarang. Model ini diambil dengan modifikasi di lapangan dari Teori Swansburg, AC (1996).
Adapun Posisi/Jabatan Klinis tersebut adalah:
A. Praktisi Klinis Pemula (PKP) atau Staf Perawat/Bidan I
B. Praktisi Klinis Madya (PKM) atau Staf Perawat/Bidan II
C. Praktisi Klinis Senior (PKS) atau Staf Perawat/Bidan III (manajer kasus/ ketua tim dalam asuhan pasen);
D. Praktisi Klinis Kompeten (PKK) atau Staf Perawat/Bidan IV (Kepala Ruang/ manajer Instalasi);
E. Praktisi Klinis Ahli (PKA) atau Staf Perawat/Bidan VI (Supervisor klinis).




Saturday, January 12, 2008

Hot Careers in Nursing


Nursing Career Information for the Non-Traditional NurseBy Jacqui Tom
Nursing career opportunities are greater and more varied than ever before, and the demand for qualified nurses has never been higher. As the health care field becomes increasingly complex and specialized, more and more nurses are finding steady, rewarding careers beyond the traditional hospital setting. If you have a desire to help others, a fascination with cutting-edge medicine or want to explore new places and meet new people, check out five of the hottest careers in nursing.

Travel Nursing Careers

From the pristine beaches of Honolulu to the picturesque coasts of Florida, there are thousands of places in the United States, and around the world, for you to pursue a career in nursing. Travel nursing lets you be in control of your nursing career. You choose the location, specialty and length of commitment for each nursing assignment. With a shortage of qualified nurses in hospitals and clinics across the country, you can find short-term work (typically eight weeks or as long as 26 weeks) in virtually any location and offering generous compensation, often ranging from $22 to $40 per hour. Many facilities also provide perks such as free housing, as well as sign-on and completion bonuses to nurses under contract.

Military Nursing Careers

Support our troops both at home and abroad as a military nurse. In addition to the honor of protecting our nation, choosing a career in the armed forces opens the door to a wide variety of educational, travel and career-enhancing benefits. In return for service in the military, you can receive financial assistance for completing nursing programs, generous financial bonuses, as well as low-cost housing, specialized training and world-wide travel opportunities. Do your part while advancing your nursing career.

Forensic Nursing Careers

Advances in the growing field of forensic science have helped law enforcement agencies bring criminals to justice. From documenting injuries to collecting valuable DNA evidence, as a forensic nurse you will be working on the front lines of justice. You will counsel assault victims, conduct physical examinations and collect evidence. You will also play a direct part in taking criminals off the street by testifying against defendants at trial. As the importance of forensic evidence continues to grow, so will the career opportunities in this exciting new field.

Legal Nurse Consulting Careers

With some specialized training and your RN license, you could be making up to $100 to $150 per hour as a legal nurse consultant. Be a medical detective and use your nursing expertise to analyze complex medical records for your legal team. Apply your medical skills in the courtroom by testifying in court as an expert witness on a wide variety of medical malpractice, product liability and personal injury cases.

Surgical Nursing Careers

As a surgical nurse, you will assist during delicate organ transplants, precision laser incisions and quadruple heart bypasses, to name a few. From preparing patients before surgery to assisting the surgeon in the operating room to charting progress in recovery, surgical nurses are there for patients every step of the way. With a mastery of clinical skills and ability to connect with people, as a surgical nurse you are an advocate for your patient during surgery. Monitoring vitals signs, alleviating discomfort and comforting anxious patients and their families are all a rewarding part of a career in surgical nursing.

Careers in Nursing can be Very Flexible

You might choose to work in a hospital, nursing home, rehabilitation center or other extended-care facility. You might work with a private practice physician, in a community health agency, a federal nursing agency, in industry and business, at a school, or in the military. Additionally, work can include, but is not limited to:

  • Assisting medical specialists such as surgeons and obstetricians
  • Pursuing independent nursing careers, such as legal nurse consultants, medical writers, nurse practitioners or clinical nurse specialists
  • Joining medical, nursing and forensic research teams
  • Providing nursing-on-call for home patients (home health agencies)
  • Serving international organizations, such as the United Nations or the Red Cross
  • Teaching aspiring nurses
  • Working at community health clinics
  • Working in specialized health care units and long-term care facilities such as hospice nursing, standalone nursing homes and patient rehabilitation
  • Working on boards to assist in developing hospital regulations
  • Working with health care, insurance and medical businesses

PARADIGMA KEPERAWATAN

Banyak ahli yang mendefinisikan paradigma, diantaranya paradigma adalah cara bagaimana kita memandang dunia, (Adam Smith, 1975) atau menurut Ferguson bahwa paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap kenyataan.
Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota tubuhnya atau masalah – masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu. ( Karen , 1999 : 74)
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya membantu orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan, (La Ode Jumadi, 1999 : 38).
Paradigma keperawatan adalah interaksi antara manusia yang menerima perawatan, lingkungan tempat menusia berada, kesehatan yang selalu menjadi bagian dari bidang garapan keperawatan serta tindakan keperawatan (Kozier, 2000)
Empat komponen paradigma keperawatan yaitu :
Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan.
Manusia sebagai individu artinya seseorang yang memiliki karakter total sehingga menjadikannya berbeda dari orang lain (Karen, 2000). Manusia sebagai individu disebut juga orang yang memiliki kepribadian meliputi tingkah laku dan emosi meliputi sikap, kebiasaan, keyakinan, nilai – nilai, motivasi, kemampuan, penampilan dan struktur fisik yang berbeda satu dengan lainnya. Gabungan semua ini akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir, merasa dan bertindak dalam berbagai situasi yang di hadapinya. Individu merupakan gabungan interaksi genetik dengan pengalaman hidupnya dipengaruhi oleh identitas diri, konsep diri, persepsi, kebutuhan dasar, mekanisme pertahanan diri dan tumbuh kembang.
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara perorangan maupun bersama – sama, di dalam lingkungannya sendiri maupun masyarakat secara keseluruhan.
Ada beberapa alasan mengapa keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan ataupun mencegah, memperbaiki atau mengabaikan masalah- masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan mulai dari awal sampai penyelesaiannya akan dipengaruhi oleh keluarga.
3. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit dalam salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.
4. Dalam merawat klien sebagai individu, keluarga tetap sebagai pengambil keputusan dalam perawatannya.
5. Keluarga sebagai perantara efektif dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan sifat – sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap, nilai, cita – cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu dalam keluarga mempunyai siklus tumbuh kembang .
Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam masalah – masalah kesehatan.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Kamus besar Bhs. Indonesia, 1989)
Masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan dan pencegahan suatu penyakit. Ada enam faktor pengaruh masyarakat atau komunitas terhadap kesehatan anggota masyarakat yaitu tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan, faslitas pendidikan dan rekreasi, transportasi dan fasilitas komunikasi, fasilitas sosial seperti polisi dan pemadam kebakaran serta nilai dan keyakinan masyarakat.
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia). Pelayanan perawatan tersebut diberikan setelah melalui proses berikut ini :
1. Pertemuan penjajakan kepada pemuka masyarakat agar dicapai kesepakatan tentang ide yang dikemukakan.
2. Pengumpulan data pada masyarakat melalui survey atau sensus dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuosioner
3. Analisis data dan perumusan masalah
4. Pembahasan hasil analisis dalam forum lokakarya mini dengan masyarakat untuk kemudian ditetapkan prioritas masalah beserta penyelesaiannya.
5. Perumusan rencana tindakan penyelesaian masalah bersama dengan wakil masyarakat.
6. Pelaksanaan tindakan pemecahan masalah. Pelaksanaan ini dilakukan bersama dengan masyarakat melalui sumber daya ayang ada di masyarakat tersebut.
7. Evaluasi
8. Dilakukan untuk menilai proses dan hasil program tindakan, dalam sebuah lokakarya.
9. Tindak lanjut
Keperawatan
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah konsep keperawatan. Ada beberapa definisi keperawatan menurut tokoh – tokoh dibawah ini :
Florence Nightingale 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk beraktivitas.
Faye Abdellah (Twenty one nursing problems,1960)
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga, serta masyarakat dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilki seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam keadaan sehat atau sakit sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960)
Fungsi yang unik dari perawat adalah memabntu individu sehat ataupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari – harinya, sembuh dari penyakit atau meninggal dengan tenang.
Dorothy E. Johnson (Behavioral System Theory, 1981)
Keperawatan adalah seperangkat tindakan – tindakan yang memiliki kekuatan untuk melindungi kesatuan atau integritas prilaku klien berada pada level yang optimal untuk kesehatannya.
Imogene King (Goal Attainment Theory, 1971, 1981)
Keperawatan adalah proses aksi dan interaksi, untuk membantu individu dari berbagai kelompok umur dalam memenuhi kebutuhannya dan menangani status kesehatannya pada saat tertentu dalam suatu siklus kehidupan.
Madeleine Leininger (Transcultural Care Theory, 1984)
Mempelajari seni humanistic dan ilmu yang berfokus pada manusia sebagai individu atau kelompok, kepekaan terhadap kebiasaan, fungsi dan proses yang mengarah pada pencegahan ataupun prilaku memelihara kesehatan atau penyembuhan dari penyakit.
Martha Roger (Unitary Human Beings, an energy field, 1970)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan rehabilitasi penderita sakit dan penyandang cacat.
Dorothea Orem (Self care theory, 1985)
Pelayanan yang bersifat manusiawi yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia untuk merawat diri, kesembuhan dari penyakit atau cedera dan penanggulangan komplikasinya sehingga dapat meningkat derajat kesehatannya.
Callista Roy (Adaptation Theory, 1976, 1984)
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi dalam menghadapi permasalahan kesehatannya. Respon adaptif mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatannya.
Kesepakatan Nasional, 1983
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko – sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah :
1. Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
6. Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
7. Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
11. Doing artinya melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan serta mendokumentasikannya
12. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien.
13. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau kurangnya kemampuan.
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 : 80).
Konsep Sehat Sakit
Sehat menurut WHO (1947)
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan
Sehat menurut UU no 23/1992 tentang kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Sakit menurut Zaidin Ali, 1998
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan atau sebagian”.
Kesakitan adalah perasaan tidak nyaman pada seseorang akibat penyakit sehingga mendorongnya untuk mencari bantuan. (Kozier, 2000)
Faktor – faktor yang dapat meningkatkan angka kesakitan adalah :
1. Keturunan misal orang yang mempunyai riwayat keluarga pengidap Diabetes Melitus, punya resiko tinggi terkena diabetes pula.
2. Usia
3. Kelahiran cacat atau kelainan kongenital resikonya meningkat pada wanita yang melahirkan diatas 35 tahun.
4. Fisiologis
5. Kehamilan meningkatkan resiko tinggi terkena penyakit pada ibu dan janin. Obesitas meningkatkan resiko penyakit jantung.
6. Gaya hidup
7. Merokok meningkatkan resiko kanker paru dsb.
8. Lingkungan
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area). Pola rentang ini bersifat dinamis berubah seiring waktu dan kondisi sosial.
Sesuai dengan rentang sehat – sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau berat sampai meninggal dunia. Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya pencegahan primer (primary prevention) yaitu perlindungan kesehatan (health protection) dan perlindungan khusus (spesific protection) agar terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam area sakit maka dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tertier yaitu dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan dan rehabilitasi.
Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :
1. Politik, yang mencakup keamanan, penekanan, penindasan
2. Prilaku manusia, mencakup kebutuhan, kebiasaan dan adat istiadat
3. Keturunan, genetik, kecacatan, etnis, faktor risiko dan ras
4. Pelayanan kesehatan, upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
5. Lingkungan, tanah, udara, dan air
6. Sosial dan ekonomi meliputi pendidikan dan pekerjaan
Persepsi sakit atau “merasa sakit” dipengaruhi oleh persepsi seseorang tentang sakit itu sendiri seperti seseorang merasa sakit (kesakitan) setelah diperiksa dan dinyatakan menderita sakit, seseorang merasa sakit, tetapi setelah diperiksa ternyata individu tersebut tidak menderita sakit atau mengalami suatu penyakit, seseorang tidak merasa sakit akan tetapi sebenarnya individu tersebut mengidap penyakit, seseorang tidak merasa sakit dalam tubuhnya.
Keperawatan memberikan bantuan kepada individu, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari – hari, adaptasi terhadap keadaan sehat atau sakit serta mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual.
Menurut Leavell (1965), ada tiga faktor yang saling mempengaruhi kesehatan dalam lingkungan yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan.
Agen adalah suatu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit, seperti faktor biologi, kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis misalnya virus, bakteri, jamur atau cacing., senyawa kimia bahkan stress. Hospes adalah makhluk hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat terinfeksi oleh agen, sedangkan lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan yang kumuh, lingkungan kerja yang tidak nyaman, tingkat sosial ekonomi yang rendah, fasilitas pelayanan kesehatan.
Kesimpulan
Manusia sebagai paradigma keperawatan :
* Memiliki karakteristik biokimiawi, fisiologis, interpersonal, dan kebutuhan dasar hidup yang selalu berkembang.
* Perkembangan tersebut terjadi melalui interaksi dengan orang lain yang mampu memenuhi kebutuhan dirinya atau berbagi pengalamannya.
* Memiliki kehidupan seimbang sebagai sarana pertahanan dan pengekalan diri dan selalu berupaya untuk mengurangi kecemasan akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Keperawatan sebagai paradigma :
* Keperawatan merupakan suatu instrumen pendidikan yang memfasilitasi kedisiplinan.
* Tujuan keperawatan adalah memfasilitasi kesehatan individu berdasarkan prinsip – prinsip keilmuan.
* Aktivitas keperawatan diarahkan untuk membantu klien mencapai kompetensi intelektual dan interpersonal
* Asuhan keperawatan untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan memulihkan penyakitnya.
* Keperawatan sebagai ilmu dan kiat yang memiliki dimensi pengetahuan dasar dan terapan
* Fokus aktifitas keperawatan adalah masalah yang berhubungan dengan respon manusia terhadap kesehatan aktual ataupun potensial, yang mencerminkan ruang lingkup aktivitas keperawatan dan kemandirian dalam proses diagnosis, tindakan, pendidikan dan riset.
Sehat sebagai paradigma keperawatan :
* Sehat adalah simbol perkembangan kepribadian dan proses kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus menuju kehidupan yang kreatif dan konstruktif.
* Prilaku sehat adalah prilaku yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan, kepuasan, kesadaran diri dan integrasi pengalaman yang berarti, misalnya pengalaman sakit.
* Intervensi keperawatan berfokus pada proses membina dan mempertahankan hubungan saling percaya guna memenuhi kebutuhan klien.
Lingkungan sebagai paradigma keperawatan :
* Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan
* Terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit dan meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Rekomendasi
Seseorang yang sudah memiliki komitmen menekuni profesi keperawatan seyogyanya memahami dengan benar paradigma keperawatan sebagai acuan dalam bertindak , berfikir dan bersikap. Pemaparan paradigma keperawatan dalam tulisan ini amatlah terbatas untuk itu dianjurkan bagi pembaca untuk mengkaji lebih jauh mengenai paradigma keperawatan ini dari buku sumbernya

NURSE EDUCATION

Requirements

You need a high school diploma to enter nursing school. You may wish to learn more about what kinds of high school courses might best prepare you for nursing school, or you may want to consult your high school guidance counselor, a prospective nursing program, or a practicing nurse. Some nursing schools require a pre-admission test called the National League for Nursing (NLN) Pre-admission Exam. You can find out more about this exam from the NLN

Here's some extra information on what it takes to become an RN, and list of which personal traits fit best with a career in nursing.

Entry Level Education/Degrees

Bachelor of Science Nursing: (BS/BSN) A four-year program offered at colleges and universities that prepares nurses to practice across all health care settings. BSN graduates have the greatest opportunity for advancement. For instance, a BSN is required for entry into a Master's program, which may in turn lead to a career in management, or on to more specialized nursing positions such as clinical nurse specialist, nurse practitioner, nurse educator, or nurse researcher. A BSN is preferred and often required for military nursing, case management, public health nursing, overseas/development nursing, forensic nursing and school nursing. Some countries (the European Union, Australia, and New Zealand) require a BSN before being able to sit for the RN exam.

Associate's Degree
A two-to-three year program offered at junior and community colleges, an Associate's degree trains and prepares nurses to provide direct patient care in numerous settings. ADN is an affordable education that provides the student opportunities to bridge into a BSN program and to progress onto a Masters or above. Some hospital nursing schools, colleges, and universities also offer ADN programs.
Hospital Diploma: A two- to three-year hospital-based nursing program that prepares you to deliver direct patient care in a variety of environments. Many diploma schools are affiliated with junior colleges, where you may also take basic science and English requirements, thereby earning an Associate's Degree along with a diploma in nursing.
Licensed Practical Nurse:LPNs, or Licensed Vocational Nurses (LVNs), as they are called in Texas and California, care for the sick, injured, convalescent, and disabled under the direction of physicians and registered nurses. They provide basic care, taking vital signs, temperature, blood pressure, and pulse, and assist with bathing patients, monitoring catheters, and applying dressings. Most LPN or LVN programs are about a year long and are offered by technical and vocational schools.
Accelerated Programs: (Accelerated BSN, Accelerated MSN) Many universities offer nursing programs for students who already have a Bachelor's Degree or even a Master's Degree in a field other than Nursing. These programs, which are often of shorter length than generic programs, are ideal for individuals who are looking to do something more meaningful with the education that they already have, or for those who have graduated college and found that their degree does not afford as many opportunities as they had hoped, but are unenthusiastic about returning to school for four additional years.
Licensure
Once you complete your education and training, you will need to be licensed as an Advanced Practice Nurse, a Registered Nurse (RN), or as a Licensed Practical/Vocational Nurse (LPN/LVN). As in many other professions, nurses must be licensed in the state where they work. After graduation, you must take the NCLEX-RN® or NCLEX-PN® license examination to become a licensed nurse. For more information about nurse licensure and public protection, consult the National Council of State Boards of Nursing.

Advanced Degrees

Degree Completion Programs for RNs: (RN to BSN/RN to MSN) Hundreds of bridge programs are offered for nurses with diplomas and ADN degrees who wish to complete a Bachelor’s or Master’s degree program in nursing. Many programs are offered online and in flexible formats designed for working nurses.

Master’s Degree: (MSN) Master's degree programs prepare nurses for more independent roles such as Nurse Practitioner, Clinical Nurse Specialist, Nurse-Midwife, Nurse Anesthetist, or Nurse Psychotherapist. Master’s-prepared nurses serve as expert clinicians, in faculty roles, and as specialists in geriatrics, community health, administration, nursing management, and other areas.

Doctoral Degree: (PhD, EdD, DNS) Doctoral programs prepare nurses to assume leadership roles within the profession, conduct research that impacts nursing practice and health care, and to teach at colleges and universities. Doctorally-prepared nurses serve as health system executives, nursing school deans, researchers, and senior policy analysts.

Post-Doctoral Programs: Post-Doctoral programs provide advanced research training for nurses who hold doctoral degrees. Currently, 24 research-focused universities across the country offer post-doctoral programs in nursing.

Certification

RNs can become certified in their specialties as a measure of clinical competence. Here's a list of the different types of certification available.

Continuing Education

Though only mandated in some states, all nurses are expected to keep current with nursing practice and advance as health professionals after graduation. Continuing education credits can be earned through short classes at professional conferences, on the internet, or in journals.