Sunday, February 02, 2014


PERITONITIS

a.  Definisi
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. (Buku Saku Patofisiologi, hal 528 )
b.      Etiologi
1)      Peritonitis Primer
a)      Nefrotik Sindrom
b)      Sirosis Hepatis
2)      Peritonitis Sekunder
a)      Ruptur atau perforasi saluran cerna
b)      Terdapat infeksi intra peritoneal
3)      Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum.
c.       Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen kedalam rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma, atau perforasi tumor. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri sehingga terjadi proliferasi bakterial, terjadi edema jaringan, dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik, disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.


d.      Klasifikasi
Menurut penyebabnya, peritonitis dibagi :
1)        Peritonitis Primer
Terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum serta bisanya terjadi pada anak-anak dengan riwayat sindrom nefrotik dan sirosis hepatis. Kuman masuk kerongga peritoneum melalui aliran darah atau pada pasien perempuan melalui alat genital.
2)      Peritonitis Sekunder
Terjadi bila bakteri masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup banyak dan bisanya dari lumen saluran cerna. Dalam keadaan normal peritoneum dapat mengatasi masuknya bakteri melalui saluran getah bening diafragma. Akan tetapi, bila banyak bakteri yang masuk atau secara terus-menerus dapat menyebabkkan peritonitis, apalagi bila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung, makanan, tinja, hemoglobin dan jaringan nekrotik atau immunitas pasien menurun, biasanya terdapat campuran jenis bakteri yang menyebabkan peritonitis, sering bakteri-bakteri aerob atau anaerob.
3)      Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum
a)    Kateter pentrikuloperitoneal
Yang digunakan untuk mengurangi cairan serebrospinalis pada klien dengan hidrochepalus, sehingga apabila cairan serebrospinalis mengandung bakteri maka dapat menyebabkan peritonitis.
b)      Kateter peritoneo-jugular
Dipasang untuk mengurangi asites. Daerah yang terpasang kateter ini sering mengalami infeksi yang disebabkan oleh stapillococcus aureus
c)      Continuous ambulatory peritonial dialysis
Infeksi disebabkan karena kontaminasi cairan dialysis atau kateter, infeksi ini biasanya disebabkan oleh stapillococcus aureus dan kadang-kadang juga disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri anaerob atau jamur.
e.       Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada lokasi dan luas inflamasi. Manifestasi klinis awal dari peritonitis adalah gejala dari gangguan yang menyebabkaan kondisi ini. Pada awalnya nyeri menyebar dan sangat terasa. Nyeri cenderung menjadi konstan, terlokalisasi, leih terasa di dekat sisi inflamasi dan biasanya diperberat oleh gerakan. Biasanya terjadi mual dan muntah serta penurunan peristaltik. Suhu dan frekuensi nadi meningkat dan hampir selalu terdapat peningkatan jumlah leukosit. (Brunner & Suddarth, hal 1103-1104).
f.       Komplikasi
Seringkali inflmasi tidak lokal dan seluruh rongga abdomen terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab umum dari kematian pada peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau hipovolemia. Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, yang terutama berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus. Dua kompokasi pascaoperatif paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan abses. (Brunner & Suddarth, hal 1104).
g.      Diagnosis
Leukosit akan meningkat. Hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah. Elektrolit serum dapat menunjukan perubahan kadar kalium, natrium dan klorida. Sinar X dada dapat menunjukan udara dan kadar cairan serta lengkung usus yang terdistensi. Pemindaian CT abdomen dapat menunjukan pembentukan abses. Aspirasi peritoneal dan pemeriksaan kultur serta sensivitas cairan teraspirasi dapat menunjukan infksi dan mengidentifikasi organisme penyebab.
h.      Penatalaksanaan
1)        Peritonitis primer
a)      Antibiotik
b)      Pembedahan
2)      Peritonitis sekunder
a)      Transfusi darah (plasma atau whole blood dan albumin)
b)      Cairan parenteral (RL, Dextrose 5% atau NaCl 0,9%)
c)      Kortikosteroid, misalnya : metil prednisone 30 mg/ kg bb/ hari (apabila terdapat renjatan)
d)     Pemasangan pipa nasogastrik tube untuk dekompresi
e)      Pemberian analgetik dan sedatif
f)       Pembedahan
g)      Antibiotic intra perineal (missal 100 cc – 200 cc Canamisin 0,5 %)
3)      Peritonitis karena pemasangan benda asing kedalam rongga peritoneum
a)      Pemberian antibiotic spectrum luas
b)      Pencabutan atau reposisi kateter

0 komentar:

Post a Comment