Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar yang perlu diperhatikan tidak saja bayinya, tetapi juga perangkat yang dipergunakan. Hendaknya diperiksa apakah seluru
h lampu telah terpasang dengan baik. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak dipergunakan lebih dari 500 jam, yaitu guna menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang dipergunakan.
Hal-hal yang diperhatikan dalam perawatan bayi :
1.Diusahakan agar bagian tubuh bayi yang kena sibnar dapat seluas mungkin dengan memnuka pakaian bayi.
2.Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya.
3.Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
4.Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
5.Suhu bayi diukur secara berkala 4-6 jam/kali.
6.Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.
7.Hemoglobin juga harus diperiksa secara berkala terutama pada penderita dengan hemolisis.
8.Perhatikan hidrasi bayi, bila perlu konsumsi cairan bayi dinaikkan.
9.Lamanya terapi sinar dicatat.
Bila dalam evaluasi bayi tidak terlihat banyak perubahan dalam konsentrasi bilirubin, perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang tidak efektif atau adanya komplikasi pada bayi seperti dehidrasi, hipoksia, infeksi dan metabolisme, dll. Dalam hal ini komplikasi tersebut harus diperbaiki.
Komplikasi terapi sinar
Setiap cara pengobatan selalu akan disertai efek samping. Di dalam penggunaan terapi sinar, penelitian yang dilakukan selama ini tidak memperlihatkan hal yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi. Baik komplikasi segera ataupun efek lanjut yang terlihat selama ini bersifat sementara yang dapat dicegah atau ditanggulangi dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar yang telah dijelaskan di atas.
Kelainan yang mungkin timbul pada terapi sinar antara lain :
1.Peningkatan ‘insensible water loss’ pada bayi.
Hal ini terutama akan terlihat pada bayi kurang bulan. Oh dkk. (1972) melaporkan kehilangan ini dapat meningkat 2-3 kali lebih besar dari keadaan biasa. Untuk hal ini pemberian cairan pada penderita dengan terapi sinar perlu diperhatikan dengan sebaiknya.
2.Frekuensi defekasi yang meningkat.
Banyak teori yang menjelaskan keadaan ini, antara lain dikemukakan karena meningkatnya peristaltic usus (WIndorfer dkk., 1975). Bakken (1976) mengemukakan bahwa diare terjadi karena efek sekunder yang terjadi pada pembentukan enzim lactase karena meningkatnya bilirubin indirek pada usus. Pemberian susu dengan kadar laktosa rendahakan mengurangi timbulnya diare. Teori ini masih belum dapat dibuktikan secara pasti, karenanya masih sering dipertentangkan (Chung dkk., 1976).
3.Timbulnya kelainan kulit yang sering disebut ‘flea bite rash’ di daerah muka, badan, dan ekstremitas. Kelainan ini segera hilang setelah terapi dihentikan. Pada beberapa bayi dilaporkan pula kemungkinan terjadinya ‘bronze baby syndrome’ (Kopelman dkk., 1971). Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna kulit yang bersifat sementara ini tidak mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi.
4.Gangguan retina
Kelainan retina ini hanya ditemukan pada binatang percobaan (Noell dkk., 1966). Penelitian Dobson dkk., (1975) tidak dapat membuktikan adanya perubahan fungsi pada retina demikian pula fungsi mata pada umumnya. Walaupun demikian penyelidikan selanjutnya masih harus terus dijalankan.
5.Gangguan pertumbuhan
Pada percobaan binatang ditemukan gangguan pertumbuhan (Ballowics dkk., 1970). Lucey dkk., (1972) dan Drew dkk., (1976) secara klinis tidak dapat menemukan gangguan tumbuh kembang pada bayi yang mendapat terapi sinar. Meskipun demikian hendaknya pemakaian terapi sinar dilakukan dengan indikasi yang tepat selama waktu yang diperlukan.
6.Kenaikan suhu
Beberapa penderita yang mendapatkan terapi mungkin memperlihatkan kenaikan suhu. Bila hal ini terjadi, terapi dapat terus dilanjutkan dengan mematikan sebagian lampu yang dipergunakan.
7.Beberapa kelainan lain seperti gangguan minum, letargi, iritabilitas kadang-kadang ditemukan pada penderita. Keadaan ini hanya bersifat sementara dan akan menghilang dengan sendirinya.
8.Beberapa kelainan yang sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti ialah kelainan gonad, terjadinya hemolisis darah dan beberapa kelainan metabolisme lain.
Sampai saat ini tampaknya belum ditemukan efek lanjut terapi sinar pada bayi. Komplikasi segera juga bersifat ringan dan tidak berarti dibandingkan dengan manfaat penggunaannya. Mengingat hal itu, adalah wajar bila terapi sinar mempunyai tempat tersendiri dalam penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
0 komentar:
Post a Comment