PERITONITIS
a. Definisi
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu
membran yang melapisi rongga abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat
masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang
peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. (Buku Saku
Patofisiologi, hal 528 )
b.
Etiologi
1)
Peritonitis
Primer
a)
Nefrotik Sindrom
b)
Sirosis Hepatis
2)
Peritonitis
Sekunder
a)
Ruptur atau
perforasi saluran cerna
b)
Terdapat infeksi
intra peritoneal
3)
Peritonitis
karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum.
c.
Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ
abdomen kedalam rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari inflamasi, infeksi,
iskemia, trauma, atau perforasi tumor. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi
oleh bakteri sehingga terjadi proliferasi bakterial, terjadi edema jaringan,
dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal
menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris
seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas,
diikuti oleh ileus paralitik, disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
d.
Klasifikasi
Menurut penyebabnya,
peritonitis dibagi :
1)
Peritonitis
Primer
Terjadi tanpa adanya sumber infeksi di
rongga peritoneum serta bisanya terjadi pada anak-anak dengan riwayat sindrom
nefrotik dan sirosis hepatis. Kuman masuk kerongga peritoneum melalui aliran
darah atau pada pasien perempuan melalui alat genital.
2)
Peritonitis
Sekunder
Terjadi
bila bakteri masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup banyak dan
bisanya dari lumen saluran cerna. Dalam keadaan normal peritoneum dapat
mengatasi masuknya bakteri melalui saluran getah bening diafragma. Akan tetapi,
bila banyak bakteri yang masuk atau secara terus-menerus dapat menyebabkkan peritonitis,
apalagi bila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung, makanan,
tinja, hemoglobin dan jaringan nekrotik atau immunitas pasien menurun, biasanya
terdapat campuran jenis bakteri yang menyebabkan peritonitis, sering
bakteri-bakteri aerob atau anaerob.
3)
Peritonitis
karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum
a)
Kateter
pentrikuloperitoneal
Yang digunakan untuk mengurangi cairan
serebrospinalis pada klien dengan hidrochepalus, sehingga apabila cairan
serebrospinalis mengandung bakteri maka dapat menyebabkan peritonitis.
b)
Kateter
peritoneo-jugular
Dipasang untuk mengurangi asites. Daerah
yang terpasang kateter ini sering mengalami infeksi yang disebabkan oleh
stapillococcus aureus
c)
Continuous
ambulatory peritonial dialysis
Infeksi disebabkan karena kontaminasi
cairan dialysis atau kateter, infeksi ini biasanya disebabkan oleh
stapillococcus aureus dan kadang-kadang juga disebabkan oleh bakteri gram
negatif, bakteri anaerob atau jamur.
e.
Manifestasi
Klinis
Gejala tergantung pada lokasi dan luas inflamasi.
Manifestasi klinis awal dari peritonitis adalah gejala dari gangguan yang
menyebabkaan kondisi ini. Pada awalnya nyeri menyebar dan sangat terasa. Nyeri
cenderung menjadi konstan, terlokalisasi, leih terasa di dekat sisi inflamasi
dan biasanya diperberat oleh gerakan. Biasanya terjadi mual dan muntah serta
penurunan peristaltik. Suhu dan frekuensi nadi meningkat dan hampir selalu
terdapat peningkatan jumlah leukosit. (Brunner & Suddarth, hal 1103-1104).
f.
Komplikasi
Seringkali inflmasi tidak lokal dan seluruh rongga
abdomen terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab umum dari kematian
pada peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau hipovolemia.
Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, yang terutama berhubungan
dengan terjadinya perlekatan usus. Dua kompokasi pascaoperatif paling umum
adalah eviserasi luka dan pembentukan abses. (Brunner & Suddarth, hal
1104).
g.
Diagnosis
Leukosit akan meningkat. Hemoglobin dan hematokrit
mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah. Elektrolit serum dapat menunjukan
perubahan kadar kalium, natrium dan klorida. Sinar X dada dapat menunjukan
udara dan kadar cairan serta lengkung usus yang terdistensi. Pemindaian CT
abdomen dapat menunjukan pembentukan abses. Aspirasi peritoneal dan pemeriksaan
kultur serta sensivitas cairan teraspirasi dapat menunjukan infksi dan
mengidentifikasi organisme penyebab.
h.
Penatalaksanaan
1)
Peritonitis
primer
a)
Antibiotik
b)
Pembedahan
2)
Peritonitis
sekunder
a)
Transfusi darah
(plasma atau whole blood dan albumin)
b)
Cairan
parenteral (RL, Dextrose 5% atau NaCl 0,9%)
c)
Kortikosteroid,
misalnya : metil prednisone 30 mg/ kg bb/ hari (apabila terdapat renjatan)
d)
Pemasangan pipa
nasogastrik tube untuk dekompresi
e)
Pemberian
analgetik dan sedatif
f)
Pembedahan
g)
Antibiotic intra
perineal (missal 100 cc – 200 cc Canamisin 0,5 %)
3)
Peritonitis
karena pemasangan benda asing kedalam rongga peritoneum
a)
Pemberian
antibiotic spectrum luas
b)
Pencabutan atau
reposisi kateter
0 komentar:
Post a Comment